Tulisan ini saya buat setelah satu hari sebelumnya saya harus mengumpulkan proposal riset untuk studi Master’s saya. Saya harus membuat 6000 kata dan dikumpulkan pada pukul 00.00.
Seperti biasa-biasanya yang sering saya lakukan, saya kumpulkan H-15 menit sebelum deadline!
Bagi beberapa orang, kegiatan ini dianggap bodoh, asal-asalan, tidak disiplin dan segala ungkapan negatif lainnya. Tapi, if the stupid things works, it is not stupid, then!
Saya adalah deadliner ulung, dalam arti yang sesungguhnya! Haha
Menjadi deadliner bukan tanpa sebab. Saya suka mengerjakan banyak hal sekaligus. Belajar, organisasi, bisnis, dll dalam waktu yang bersamaan. Dalam kepala saya, ada prinsip tak tertulis: “Selagi masih bisa dikerjakan besok, kenapa hari ini?” wkwk
Namun, walaupun saya deadliner, saya bisa pastikan semua yang saya kerjakan beres. Misalkan, saya Cum Laude saat S1. Atau juga, nilai Thesis saya HD (High Distinction/nilai tertinggi di variabel kampus saya dulu) walau saya kerjakan sambil “terbatuk-batuk” setengah hampir gila.
Semua prestasi yang saya dapat, juga disebabkan salah satunya karena pengerjaan yang deadline. Misal, dana hibah ribuan dollar, saya dapatkan as deadliner. Juara lomba karya tulis ilmiah dan essay, juga deadline.
Pertanyaannya kok bisa?
Bagi seorang deadliner profesional, (hahah saya nulisnya sambil ketawa) mereka sebenarnya menerapkan peribahasa “bersenang-senang dahulu, bersakit-sakit walau hampir mencret, tetap kami kerjakan sepenuh hati kemudian” 😛
Okay, ini agak serius. Sebenarnya, kalau kita tahu tekniknya, deadliner atau bukan itu gak ada bedanya. Saya akan berikan tips untuk teman-teman yang beralih profesi dari mahasiswa yang “sholeh sholehah” menjadi “deadliner”. Tapi ingat, semua dikerjakan dengan tanggung jawab
1. Buat Mental Image
Kenapa menjadi deadliner, karena sebenarnya apa yang kita kerjakan sudah “selesai” di dalam kepala kita. Misalnya, ketika saya harus menulis laporan 5000 kata, di dalam kepala saya sudah membayangkan bagaimana struktur tulisan hingga jam kerja saya dalam menyelesaikan 5000 kata tersebut.
Hal itu kita sebut dengan “mental image”
Semakin terbiasa kita dengan gambaran mental, semakin memudahkan kita untuk menganalisa sesuatu, bahkan ketika kita belum memulai hal tersebut.
Jadi, seorang deadliner bukannya seorang yang pemalas. Justru sebaliknya, mereka sudah menyelesaikan tugasnya. Namun baru di dalam kepala. Yaaaa, mirip-mirip dengan gebetanmu yang males balas WA-mu itu. Doi bukan gak mau bales, cuma balasnya dalam pikiran aja :p
So, apapun kerjaan yang mau kamu tunda, pastikan kamu sudah memiliki mental image yang baik di kepalamu tentang kerjaan tersebut. Misal, deadline 1 bulan lagi, silakan aja dikerjakan H-3 jika kamu rasa pekerjaan tersebut bisa dikerjakan dalam waktu 3 hari dan kamu tahu caranya.
Semakin kamu terbiasa, mental image kamu akan terlatih. Dengan demikian, akan lebih banyak kerjaan yang bisa kamu tunda.
2. Sehari Menunda = Membiarkan Harga Tanah Naik Tiap Harinya
Teman saya pernah berseloroh, buat mahasiswa yang gak lulus kuliah walau udah semester 8 ke atas, sebenarnya sedang membiarkan harga tanah naik perharinya. Katanya, segeralah lulus agar bisa beli tanah dengan harga murah. Haha, agak sesat emang teman saya itu!
Tapi logikanya bisa saya pahami. Prinsipnya, semua kerjaan itu punya konsekuensinya. Termasuk menunda-nunda.
Apa konsekuensi paling nyata? Yaaaa ngerjakan-sampai-teler-dengan-bergelas-gelas-kopi-walau-mengeluh-tetap-kita-kerjakan.
Kita tahu, konsekuensi menunda adalah membiarkan diri ini “tersiksa” karena harus melakukan kegiatan ekstra keras di menit akhir. Tapi, tentu semua harus ada perhitungannya.
Misal, kita menunda tugas kuliah, karena ada kegiatan kampus yang harus kita kerjakan sebelumnya. Atau, kita menunda kerjaan kuliah, karena kita harus ke luar kota ikut lomba antar mahasiswa.
Intinya, jangan sampe menunda-nunda itu tanpa alasan yang jelas. Buatlah menunda-nunda kalian itu berharga (ceilahh apa lagi ini). Menundalah karena emamg hal tersebut layak untuk kita tunda.
3. Belajar Mengelola Waktu
Ada satu buku berjudul Procrastinate on Purpose tulisan Rory Vaden, di mana ia berargumen bahwa boleh-boleh aja menunda, asal ada tujuannya.
Misal, siang hari ini kita bisa aja pergi memancing, tapi kita memilih waktu malam (waktu yang sebenarnya digunakan untuk tidur). Kenapa? Karena kita tahu malam hari adalah waktu terbaik untuk mendapatkan banyak ikan.
Atau misalnya, kita ingin berangkat ke mall. Bisa aja kita berangkat siang hari, tapi kita memilih sore hari. Kenapa kita tunda? Ya karena berangkat ke mall siang-siang itu panas! Lebih enak sore hari.
Hal-hal tersebut bisa kita lakukan ketika kita sudah memiliki pemahaman soal waktu. Mana waktu yang terbaik bagi kita. Sekali lagi, bagi kita.
Ada teman saya yang ketika tugas, sudah selesai H-1 bulan. Gileeee
Bagi saya, mustahil. Selain karena saya malas untuk menyelesaikan tugas H-1 bulan, kedua, saya tahu itu bukan hal terbaik buat saya.
Waktu itu objektif, durasi itu subjektif. 1 jam=60 menit itu objektif, semua orang pasti akan setuju. Kecuali mereka yang gak paham waktu. Tapi durasi, itu subjektif. Bagi saya, nulis tulisan seperti ini, 60 menit kelamaan! Saya cukup 15 menit. Tapi bagi yang gak biasa menulis, 60 menit kedikitan.
Jadi kita harus paham bagaimana waktu dan durasi di dalam kepala kita bekerja. Karena pasti berbeda-beda.
Semakin paham kita dengan diri kita, semakin baik kita bertindak. Karena kita paham, apa yang sedang kita lakukan.
“Semakin paham kita dengan diri kita, semakin baik kita bertindak”
4 thoughts on “Tips Menjadi Deadliner Handal dan Profesional”
Akhirnya menemukan orang dengan prinsip sama dengan argumentasinya sendiri. Kalau saya sama, cuma beberapa kali bablas jadi lewat deadline. Hahahaha… Nice share Bro…
Thanks Bang Dwi sudah berkenan mampir dan sharing. Kadang, kita emang harus jujur apa adanya. Dunia sosial media membuat semua serba perfeksionis: seolah kita manusia yang serba “sempurna”
Sumpah ketawa banget kak sambil bacanya wkwkwk
Informatif dan memberikan perspektif baru bahwa tidak selamanya deadliner itu buruk, asalkan kita paham dengan diri kita dan mampu memperhitungkan waktu serta membuat mental image yang baik karena yang paling tau tentang apa yang kita kerjakan adalah diri kita sendiri.
“Semakin paham kita dengan diri kita, semakin baik kita bertindak” make sense banget kak
Thank you for always Inspiring the young generation kak keep it up 🙌
Thanks Bro Yuda,
Kadang hidup itu jangan dibuat sulit. Justru saat kita “selow”, kita akan menukan momen “aha” kita! hehe