“Di antara matinya kalbu adalah tidak bersedih atas ketaatan yang terlewat dan tidak menyesal atas dosa yang diperbuat”- (Al-Hikam)
Dalam pembahasan kali ini, kita akan melihat bagaimana Ibn’ Athaillah memberi nasihat kepada kita semua mengenai matinya rasa kita akan dosa. Dalam nasihatnya di atas, Ibn’ Athaillah bertanya kepada kita, seberapa banyak amalan (Shalat, Puasa, Zakat, Zikir, dll) yang selama ini kita tinggalkan? Dan kita tidak cemas karenanya?
Maka, lebih lanjut, kita disarankan untuk menyendiri dan merenungi dosa-dosa kta yang jumlahnya tidak terhingga tersebut. Setelah selesai proses kontemplasi ke dalam diri sendiri, ingatlah bahwa pintu taubat masih sangat terbuka. Dalan nasihat yang berbeda, Al-Hikam memberikan nasihat mengenai ini:
“Jangan sampai dosa itu kauanggap besar sehingga menghalangimu dari berprasangka baik kepada Allah. Sebab, siapa yang mengenal Allah akan memandang kecil dosa jika diukur dengan kemurahan-Nya”-(Al-Hikam)
Oleh sebab itu, selepas dari merenungi dosa-dosa kita, kita diharapkan untuk memandang rahmat-rahmat Allah yang diberikan kepada kita. Jadi, tidak ada alasan bagi kita untuk tidak datang kepada-Nya karena merasa tidak mungkin diterima oleh-Nya.
Bahkan, dosa-dosa kita yang besar itu bukan saja menghadirkan pengampunan oleh-Nya, melainkan seringkali dapat melahirkan kearifan hidup yang bisa bermanffat untuk dijadikan pelajaran bagi orang lainnya. Maka, berangkatlah menuju-Nya, tinggalkan semua kecenderunganmu berprasangka.
“Tiada dosa kecil bila dihadapkan pada keadilan-Nya, dan tiada dosa besar bila dihadapkan pada karunia-Nya”-(Al-Hikam)
“Tidak ada amal yang lebih berpeluang diterima daripada amal yang tidak engkau sadari dan engkau pandang tak berarti”-(Al-Hikam)
Wallahu A’lam Bish Shawab.
Sumber: El-Hasany, I. S. (2015). Al-hikam: Untaian hikmah Ibnu Athaillah. Jakarta: Zaman