“Amal adalah kerangka yang tegak, sementara ruhnya adalah rahasia ikhlas di dalamnya”
(Al-Hikam)
Kemarin, kita sudah membahas tentang pentingnya berserah dan pada takdir dan anugerah. Buat yang belum berkesempatan membaca, bisa dibaca disini . Salah satu hal yang paling mendasar adalah kemampuan kita untuk menerima segala keputusan dalam hidup dengan semata-mata menyadari kehadiran Allah SWT dalam setiap hasil tersebut.
Singkat kata, kemampuan untuk ikhlas adalah kunci. Ikhlas merupakan sebuah “sinyal”: tanda-tandanya dapat dilihat tapi wujudnya tidak bisa diraba. Dengan kemampuan untuk ikhlas, kita menjadi manusia yang bebas dan merdeka. Sebab, kita hanya bergantung pada penilaian-Nya, bukan pada penilaian makhluk-Nya.
Untuk mencapai ikhlas tersebut, ada baiknya kita bersikap rendah hati, pula rendah diri sebagai manusia. Jauh daripada sikap kesombongan dan merasa paling tinggi. Pada ujaran yang berbeda, Ibn’ Athaillah pernah berkata:
“Tanamlah wujudmu pada tanah kerendahan, sebab sesuatu yang tumbuh tanpa ditanam hasilnya tidak akan sempurna” (Al-Hikam)
Mereka yang terpelihara dari sifat kesombongan adalah mereka yang merendahkan hari mereka untuk nilai-nilai kebenaran, menyelamatan diri untuk kebenaran, dan mudah menerima kebenaran dari orang lain. Dengan sifat ini, kita akan merasa selalu rendah dihadapan Alah serta tidak pantas menjadi lebih tinggi dari manusia lainnya.
Bila kita masih merasa lebih berharga daripada orang lain, maka kita akan terbiasa dengan kepalsuan dan kepura-puraan. Buah yang tumbuh sempurna keluar dari tanah yang rendah yang subur, bukan dari langit yang tinggi nan mendung.
Maka, agar mampu menerima kebenaran-kebenaran Illahi, kita harus melatih hati kita untuk tidak bersifat tinggi lagi angkuh. Dengan sifat kerendahan hati, semoga kita dimampukan untuk melihat nilai-nilai hakikat kebenaran walau dari sisi terkecil sekalipun.
“Di antara bukti kekuasaan Allah yang luar biasa adalah ketika dia menghijabmu dari-Nya lewat sesuatu yang tidak bersama-Nya” (Al-Hikam)
Wallahu A’lam Bish Shawab. Wallahu A’lam Bish Shawab
Sumber: El-Hasany, I. S. (2015). Al-hikam: Untaian hikmah Ibnu Athaillah. Jakarta: Zaman.