Berapa banyak yang teman-teman luangkan untuk sekali mengecek status Facebook atau melihat notifikasi Instagram? Atau barangkali, berapa waktu yang kita luangkan untuk memilih baju di deretan lemari kita, hingga membuat kita telat berangkat ke kampus?
Sebuah riset menunjukan bahwa segala rutinitas yang kita lakukan, mulai dari makan, mandi, minum bisa memakan waktu kita sebanyak 5 jam dalam satu hari! Bahkan, jika kita kalkukasikan, rata-rata manusia untuk mencari barang-barang mereka di rumah sanggup mencapai 1 jam secara total per hari.
Ditengah dunia yang begitu cepat, bagaimana kita mampu untuk bersikap efektif terhadap waktu yang kita punya?
Saya baru saja menyelesaikan buku gubahan Rory Vaden yang berjudul Procrastinate on Purpose (2019) dan menemukan beberapa tips menarik agar kita mampu memaksimalkan waktu kita dengan lebih efektif. Mari kita mulai!
1. Less Is More
Ada pepatah lama yang relevan dengan hal ini, “less is more”, atau lebih sedikit adalah lebih banyak. Maksudnya? Percayalah, tidak ada manusia yang benar-benar “multitasker”, atau lebih tepatnya, manusia memiliki batasnya dalam melakukan sebuah kegiatan.
Rata-rata manusia mampu mengerjakan 1 hingga 3 kegiatan secara bersamaan, tapi adakah manusia yang mampu mengerjakan 10-20 pekerjaan pada waktu yang sama? Dalam hal ini, kemampuan untuk mengelemininasi adalah kunci.
Eliminasi adalah membuang hal-hal yang tidak–atau kurang–relevan dengan diri kita. Misalnya, kita sedang mengerjakan sebuah projek yang akan dilakukan minggu depan, dan pada saat yang sama, teman kita mengajak untuk travelling keluar negeri. Sudah tahu kan, apa yang harus difokuskan?
Masalahnya adalah, banyak hal-hal yang nyaris penting dan harus dilakukan pada saat yang sama. Ketika kondisi ini terjadi, lakukan kunci yang kedua: delegasi.
2. Delegasi
Delegasi adalah proses menyerahkan tanggung jawab kepada orang lain yang kita percaya. Misalnya, kita memiliki 4 pekerjaan yang harus dilakukan hari ini, kita bisa memilih 1 atau 2 yang akan benar-benar kita kerjakan, dan sisanya kita delegasikan ke orang lain.
Namun, bukankah delegasi memerlukan biaya? Jika teman-teman adalah seorang petinggi disebuah organisasi, teman-teman bisa meminta staff atau orang dibawah struktur teman-teman untuk menjalankan fungsi delegasi. Tapi, bagaimana kalau kita bukan pimpinan?
Mau tidak mau, kita harus merogoh kocek untuk membayar orang yang ingin kita delegasikan. Bukannya rugi, ya? Iya dan tidak.
Misalnya, kita diminta untuk menulis 5 tulisan yang harus selesai dalam 1 jam kedepan. Dengan strategi delegasi, kita bisa membayar orang lain untuk menulis 1 atau 2 tulisan, dan kita berfokus pada sisanya.
ingat, time is money. Waktu luang yang kita hasilkan dari proses delegasi sebenarnya adalah “uang” itu sendiri. Dengan adanya waktu yang tersisa, kita bisa memanfaatkannya untuk agenda yang lebih produktif lainnya.
Jadi, jangan pernah mengerjakan sesuatu secara sendirian. Gunakan tangan orang lain untuk memperbanyak waktu yang kita punya.
3. Menunda, kenapa tidak?
Jika kita pergi kesebuah danau, jarang kita jumpai para pemancing yang duduk memancing pada siang hari. Para pemancing profesional tahu, bahwa ikan mudah ditangkap pada waktu menjelang senja.
Jadi, jika kita memiliki agenda memancing hari ini, pergi dan memancing pada waktu sore hari justru bukan proses menunda-nunda waktu dari pagi-siang hari; justru hal tersebut adalah sebuah tindakan yang efektif.
Hal ini akan berguna jika teman-teman memiliki beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan. Dengan memahami kapasitas diri dan waktu yang diperlukan, maka “menunda” bisa jadi hal yang efektif yang dapat dilakukan.
Menunda disini tidak berarti kita tidak melakukan apa-apa ketika proses penundaan tersebut, lalu asyik bermain untuk mengisi waktu, jelas bukan. Konsep menunda disini adalah meletakkan hal-hal yang dapat dikerjakan di akhir waktu agar hasilnya lebih efektif.
Belajar Mengelola Waktu
Time is money adalah konsep dasar yang umum kita dengarkan sehari-hari, dan itu benar adanya. tentu, logika time is money tidak berarti kita menjadi orang yang materialistis, namun mampu bersikap efektif.
Bayangkan, jika kita tidak memiliki waktu untuk tidur dengan cukup, maka uang yang akan kita keluarkan jika kita terserang penyakit justru lebih mahal. Oleh karena itu, time is money adalah konsep memanfaatkan waktu 24 jam yang kita miliki dengan baik dan efektif.
Diantara cara-cara tersebut adalah mengeliminasi kegiatan yang kurang relevan dan produktif, mendelegasikan pekerjaan ke orang lain, serta “menunda” pekerjaan di akhir waktu untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal.
Dengan manajemen waktu yang efektif, kita dapat memaksimalkan waktu yang kita miliki untuk mendapatkan hasil yang jauh lebih optimal.
5 thoughts on “Menunda-nunda: Kenapa Tidak?”
Terima kasih min
Sama-sama. Terima kasih sudah berkunjung!
Masuk akal. Keren
Wah, terima kasih sudah dibaca jauh-jauh dari Jerman 😀
Pingback: Digital Minimalism: Hidup ‘Sederhana’ di Media Sosial – Unlimited Possibilities