Indra Dwi Prasetyo

Menafsir Bohemian Rhapsody

Maksud dan arti Bohemian Rhapsody

Setelah tidak mampu menahan gejolak pengaruh media sosial perihal film tentang “Sang Ratu”, Bohemian Rhapsody, akhirnya hari ini saya sempatkan untuk menonton. Setelah mencari tahu bioskop dengan harga termurah disini, akhirnya air mata saya tumpah beberapa kali ketika menyaksikan.

Pertama kali mendengar Bohemian mungkin sekitar kelas 2 SMP, dan saya menjadi salah satu penggemar Queen karenanya. Lagu itu, sekali lagi, menurut saya terlalu “njelimet” untuk dibuat, baik secara lirik dan teknik musik.

Freedy Mercury on the stage
Freedy Mercury on the stage

Di film tersebut, Freedy mulai menggubah lirik dan nada lagu tersebut di tahun 1975; jauh sebelum Queen menjadi band extravaganza dengan jutaan fans di seluruh dunia. Tapi, apa sih sebenarnya maksud dari lagu tersebut?

Sebelum kita menebak-nebak, ada baiknya kita sama-sama ketahui bahwa Freedy—sang vokalis— adalah seorang Biseksual; penyuka perempuan dan juga laki-laki. Singkat cerita, ia mengidap penyakit AIDS yang pada akhirnya mengakhiri hidupnya diumur yang relatif belia, 45 tahun.

“Mama, just killed a man,
Put a gun against his head,
Pulled my trigger, now he’s dead”

Siapa yang dimaksud “a man” di lirik lagu ini? Entahlah, yang jelas lagu ini tidak dibuat ketika ia mengidap penyakit AIDS, atau setidaknya ketika ia belum menyadarinya. Mengikuti alur cerita tersebut, asumsi saya kata “a man” di lirik tersebut adalah “Freedy” sendiri. Iya, dirinya sendiri.

Freedy and Marry Austin, his ex-girlfriend
Freedy and Marry Austin, his ex-girlfriend

Ia dengan kepribadiannya yang “ganda” tersebut. Agaknya ia ingin menjadi manusia yang sama pada umumnya, dengan menyukai hanya wanita saja, itulah kenapa ia “membunuh” sisi lain dirinya. Konflik di film tersebut terjadi justru ketika ia gundah dengan kehidupan pribadinya, antara Marry sang kekasih wanita dan Paul sang kekasih lelakinya (walaupun pada akhirnya ia memilih Jimm sebagai pasangannya)

Namun, ada sisi perlawanan dalam dirinya disatu sisi, bahwa ia ingin mempertahankan apa yang disukainya tanpa ada aturan-aturan sosial. Luapan perasaan tersebut disisipkan pada lagunya “I Want to Break Free”:

“I’ve fallen in love
I’ve fallen in love for the first time
And this time I know it’s for real
I’ve fallen in love, yeah
God knows, God knows I’ve fallen in love.
It’s strange but it’s true
I can’t get over the way you love me like you do
But I have to be sure
When I walk out that door
Oh how I want to be free”

Kembali ke lagu Bohemian Rhapsody, mari kita perhatikan lirik berikut:

“Too late, my time has come,
Sends shivers down my spine,
Body’s aching all the time”

Freedy and his boyfriend, Jimm Hutton
Freedy and his boyfriend, Jimm Hutton

 

Tubuhnya menggil dan kesakitan, siapa yang dia maksud? Di film ini, ketika lirik ini dikarangnya, dia belum terkena terindikasi AIDS, lalu untuk siapakah kata-kata itu ia karang? Apakah untuk dirinya sendiri yang tengah frustasi? Bisa jadi, setidaknya bisa dilihat di lirik berikut;

“Mama, ooh (any way the wind blows),
I don’t wanna die,
I sometimes wish I’d never been born at all”

Kalimat pengandaian bahwa ia rasanya tak ingin dilahirkan ke muka bumi bisa jadi merupakan sikap frustasinya. Tapi apakah ia ingin menyerah? Nampaknya tidak.

“Easy come, easy go, will you let me go?
Bismillah! No, we will not let you go
Bismillah! We will not let you go.
Bismillah! We will not let you go”

Bisa jadi narasi di atas adalah proses antara hidup-dan-mati, dimana diartikulasikan dengan kehadiran sang Raja Iblis, Bieelzebub seperti lirik berikut;

“Beelzebub has a devil put aside for me, for me, for me.”

Namun, terlepas dari arti dan makna sebenarnya dari lagu tersebut, mungkin hanya Freedy yang tahu. Namun, lagu itu pada akhirnya menjadi pelengkap kisah hidup Freedy. Lagu untuk berpamitan antara ia kepada Ibunya yang sedari dulu selalu mendukungnya dengan segala kekurangannya.

Pada akhirnya, memang tidak ada yang perlu dirisaukan dengan segala keadaan dan kekurangan dirinya. Freedy harus “hilang” dan meninggalkan kenangan dalam bermusik serta menyisakan sisi legendarisnya untuk kita semua.

“Nothing really matters”

Share now
Share on whatsapp
Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin
Share on email
Related articles

Leave a Comment

Your email address will not be published.

Scroll to Top