Indra Dwi Prasetyo

Kajian Ramadhan #5: Terus Melangkah Dalam Berserah

“Bisa jadi engkau berbuat buruk. Namun, persahabatanmu dengan orang yang kondisinya lebih buruk menjadikanmu tampak baik”- (Al-Hikam)


Hari ini, kita akan sama-sama belajar mengenai sikap berserah yang ditulis oleh Ibn ‘Athaillah. Dalam satu risalahnya, Ibn’ Athaillah menjelaskan tentang pentingnya untuk tidak merasa puas dengan diri sendiri. Sebab, puas kepada diri sendiri sering kali membuat kita lupa diri.

Pujian kepada kita seringkali membuat kita teperdaya. Apalagi, bila yang memuji kita adalah orang yang tidak mengerti apa yang sedang kita lakukan dan jalani. Bisa jadi kita merasa tersanjung ketika dipuji seseorang, tapi bisa jadi justru merekalah yang lebih layak dipuji.

 Terlebih, jika kita dilingkari oleh orang-orang yang kondisinya tidak membawa kita dekat kepada Allah. Masih membutuhkan pujian dari mereka kah kita? Oleh karena itu, Ibn’ Athaillah memberikan nasihat kepada kita yang berbunyi:


“jangan berteman dengan orang yang kondisinya tidak membangkitkan semangatmu dan perkataannya tidak mengantarkanmu pada Allah”-(Al-Hikam)


Maka dari itu, proses berserah dan berhijrah menuju Allah haruslah dimulai dengan kesadaran diri untuk dilingkari oleh teman-temanyang mengajak kita kepada kebaikan, bukan sebaliknya. Jika kita masih berada dilingkaran oleh mereka tidak mengajak kita kepada kebaikan, itu bukan salah mereka; itu salah kita yang memilih lingkaran teman sepergaulan.

Setelah itu, berserahlah, memohon bimbingan Allah SWT.

 

Wallahu A’lam Bish Shawab.

Sumber: El-Hasany, I. S. (2015). Al-hikam: Untaian hikmah Ibnu Athaillah. Jakarta: Zaman.

 

Share now
Share on whatsapp
Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin
Share on email
Related articles

Leave a Comment

Your email address will not be published.

Scroll to Top