Hidup akan terasa mudah jika kita punya uang 1 juta di dompet sekarang. Jika di kali 10, 100 juta mulai menimbulkan masalah: uangnya akan kita apakan? Begitu juga dengan 1 millyar dan seterusnya, problem akan bertambah seiring dengan bertambahnya nominal yang kita miliki.
Saya kadang berpikir, apa ya yang dipikirkan orang yang memiliki omset millyaran per bulan, atau mereka yang memiliki pendapatan bersih millyaran perbulan. And I found it, buku Get Smart tulisan Brian Tracy kurang lebih menjelaskan bagaimana mereka berpikir dan apa yang bisa kita imitasi.

1. Melihat dari Sisi Lainnya
Ini ilmu mahal pertama yang banyak tidak kita sadari; melihat dari sisi lain. Ambil contoh, sebelum ada Gojek, kita melihat abang ojek layaknya ojek pada umumnya. Namun, tidak berlaku kepada Nadiem Makarim–ojek adalah sumber penghasilan yang valuasinya millyaran atau lebih.
Hal serupa juga berlalku sama, misalnya, kuliner, sampah, keterampilan kita dst. Cara kita memandang hal tersebut akan membedakan satu orang dan orang lainnya. Jadi, keterampilan pertama yang harus kita miliki adalah mengenai menghargai setiap detail dan melihatnya dari sisi berbeda.
2. Berpikir Panjang, berbuat Pendek
Di bukunya, Tracy menulis sekumpulan orang-orang billionair ternayata mereka memiliki satu kesamaan: thinking in a long-term. Pada tahun 1970, misalnya, Profesor Harvard, Edward Banfield meneliti bahwa mereka yang memiliki kekayaan kebanyakan adalah orang-orang yang berpikir jangka panjang.
Lebih lanjut, menariknya, mereka tidak selalu memiliki IQ yang super duper cerdas, namun memiliki perspektif yang unik dan kemampuan untuk melakukan aktifitas jangka pendek untuk mencapai tujuan besar mereka.
jadi, berpikir panjang adalah sebuah visi, namun kita memerlukan aktivitas jangka pendek “immediate action” sesegera mungkin untuk yang sejalan dengan visi besar kita.
We need to have a long term vision with an immediate action.
3. SELOW
Di poin 2 di atas, Tracy menyadari bahwa mereka yang sukses secara finansial dan emosional memiliki visi panjang namun aksi yang pendek dan tersusun. Tapi, itu saja tidak cukup. Mereka semua adalah orang-orang yang selow kalau kata anak sekarang.
Daniel Kahneman, pemenanhg hadiah Nobel, menyebut ada dua cara proses berpikir: impulsif dan lambat. Mereka yang impulsif selalu terburu-buru mengerjakan sesuatu, mudah terdistraksi dengan aktifitas mendadak dan seringkali tidak fokus.
Berbeda dengan mereka yang berpikir selow, mereka cenderung lebih rasional dalam berpikir, menimbang-nimbang pilihan dan konsekuensi dari setiap perbuatan. jadi, ketika kita memiliki visi jangka panjang, endapkan beberapa saat untuk menghasilkan pilihan yang lebih baik.
ps: latihan untuk mengendeapkan hingga 72 jam sebelum membuat sebuah keputusan
Berikut adalah framework yang bisa digunakan ketika kita dituntut untuk berpikir jangka panjang dengan follow up segera, namun dilandaskan pada “slow thinking”: GOSPA
a. Goal: fokus pada tujuan besar yang ingin kita capai. 1 tahunan? 5 tahunan? Bebas.
b. Objectives: Setelah menentukan goal di atas, fokus pada objektif yang sudah dipecah. Misal, tahun ini, targetku apa? Quarter ini apa yang ingin aku dapat?
c. Strategies: Bagaimana kita mencapai objektif di atas? Melalui apa? lewat siapa? Pakai metode apa?
d. Priorities: tentu tidak semua strategi bisa dieksekusi segera, apa yang bisa dilakukan besok? minggu depan? Minggu depan?
e. Action: Kegiatan rutin yang dieksekusi secara regular sesuai dengan prioritas yang sudah kita tentukan di atas.